Tuesday, April 22, 2025

16:05 - 16 April 2025

Gedung F yang baru sungguh panas, sialan.

Aku terbangun masih penuh kantuk pukul 7:50, hari sudah terang, subuh terlewat. Namun istirahatku serasa cukup, kuterka karena komputer ku letakkan di lantai ketika hendak lelap sebelum tidur dini hari lalu. Sedikit ku bermain Fruit Ninja tuk mengumpulkan nyawa sebelum benar-benar beranjak dari ranjang, dan aku sudah lapar.

Kelas pertama ada Pemrograman Berbasis Objek pukul 10:20 dan Otomata Teori Bahasa usai dzuhur, tidak ada waktu lagi untuk berleha-leha. Mandi dan persiapan segala akan memakan waktu satu jam, dan aku harus segera berangkat begitu waktu menunjukkan pukul 9:00. Jadi aku segera beranjak dan mulai memanaskan kendaraan, semuanya, kemudian menuju dapur untuk membereskan cucian piring yang sudah kering ke rak-rak pada tempatnya, dan memiringkan mangkuk piring bersih yang masih menggenangkan air dari sisa bilasannya hari minggu lalu.

Sudah, itu sudah semua yang kulakukan pagi itu alih-alih mandi. Aku hanya mencuci muka dan dan sikat gigi, memakai kemeja semalam, kemudian berangkat. Sempat ku telpon bunda untuk menanyakan buah (sayur?) tomat yang tertinggal di sebelah wastafel dapur, apakah hendak di simpan di lemari pendingin atau bagaimana. Dibuang, kue kuning hijaunya juga, telurnya juga, sampahnya juga sekalian.

Kemudian aku berangkat, masih lapar. Diperjalanan, pesan terusan dari Amel di grup obrolan pengurus masuk, dari Ame yang izin dini bahwa Ia akan sedikit kesulitan ikut kegiatan teater pekan itu (dan mungkin kedepannya) karena masih bersama orang tuanya di kampung halaman dan mereka mengkhawatirkan kesehatannya. Cukup valid, Ame jangan diberi tugas yang terlalu berat, dicatat.

Aku tiba tepat waktu di lab. komputer, dosen sudah tiba, namun tidak ada masalah. Namun hari itu pak Rohman agak aneh, Ia tidak mengenakan masker dan raut wajahnya nampak lebih tua puluhan tahun. Suaranya janggal dan penerangan humorisnya tidak kunjung muncul. Ia menerangkan pada semua untuk mulai menulis program yang mengandung inheritance atau overwrite, sebelum akhirnya menghampiriku dan bertanya apakah aku salah kelas.

"...................................."

Tentu saja, PBO di labkom adalah jadwal untuk hari jumat. PBO hari ini adalah teori di ruang H49 yang terletak di gedung depan, jarak tempuh 5 menit berjalan kaki dari gedung belakang. Hari itu cerah dan terik sekali, waktu menunjukkan pukul 10:45.

Ini dia, ini lah lika-liku kehidupan seorang protagonis yang selalu kau dambakan itu, bukan begitu diriku-lalu?

* * *

Kelas sudah dimulai 20 menit yang lalu dan aku sudah tiba di kampus 20 menit yang lalu, sial.

Di kelas sedang diadakan latihan soal UTS, berikut ringkasan materinya berupa definisi beberapa istilah yang akan diujikan.

Object, wadah kelas yang berisikan atribut.
Constructor, method dengan nama yang sama dengan class.
Inheritance, pewarisan/penurunan dari class parent.
Overload, method dengan nama yang sama, namun berbeda jumlah parameter.
Overwrite, ...aku masih melengkapi catatanku, oke? Pak rohman mendikte, bukan mencatat.

Ada juga pembahasan tentang class diagram dan sejumlah tinta ditumpahkan di papan tulis untuk menerangkan hal tersebut. Namun penjelasannya sangat visual, dan, sedikit sulit untuk di ringkas menjadi tulisan. Jadi aku (akan) mengunggah potret papan tulis yang kuperoleh seusai kelas (nanti) disini, pak Rohman juga menyarankan untuk menonton video penjelasan materinya yang Ia unggah di Youtube, tertaut dibawah ini.

Pemrograman Berorientasi Objek by Syaifur Rohman

Aku benar-benar harus mengejar ketertinggalanku...

* * *

Kelas usai, aku turun ke masjid sambil mengecek Discord dimana pesan dari ren299999 baru saja  kuterima. Lalu David menghampiriku hendak mengenakan sepatu, lalu Bayo pula menghampiri dari dalam masjid. Suatu saat pula Tanaya melihatku dari parkiran seusai turun dari motor, aku menggestur sapa sambil mengusir gurau. Kemudian ada Bima yang datang menghampiriku bersama David, menjanjikan es teh, yang kemudian kita berdua tuntut.

David dan Bima beranjak ke kelas, sambil berpesan pada Helmi lewat ku untuk segera keatas, lalu aku duhuran. 

* * *

Helmi pun akhirnya kutemui seusai solat. Ia, David, dan Bima ada jadwal matkul pak Heru usai dzuhur yang diundur hingga pukul 13. Karena tidak lama sebelum itu ada pemberitahuan di grup obrolan kelas Otomata bahwa kelasku juga mundur hingga 13:15, kuputuskan untuk naik bersama Helmi dan mampir sejenak ke kelas merka di H46, dan kutemukan Bima yang ternyata sungguhan membawa segelas plastik es teh disana. Aku minta beberapa sedot sebelum beranjak dari sana karena pak Heru sudah tiba di kelas.

H511 sudah ramai, namun masih kosong karena waktu masih menunjukkan pukul 13:10. Lalu pak Erwin tiba, dan mulai menerangkan jenis-jenis soal yang diajukan dalam rapat persiapan UTS tim pengajar otomata. NFA, DFA, FSA, aku... tidak yakin, aku butuh mengejar ketertinggalan materi. Ada  5 dari 7 jenis soal yang mungkin keluar di ujian nanti, 4 diantaranya membutuhkan pemahaman logika tingkat menengah untuk bisa diselesaikan mencapai jawaban yang dimintanya.

Seusai kelas, mas Ubaid menghubungi lewat panggilan dan mas Botol lewat teks, yang mengabari soal niat mas Ubaid. Ia hendaknya meminjam Gong dari gudang inventaris teater, hanya satu masalah, gudangnya sangat sesak dan berantakan karena kami masih sedang pindahan setelah gedung direnovasi dan tidak ada tempat penyimpanan alternatif sehingga barang kami menggelandang didepan teras gudang hanya berbungkus kain hitam.

* * *

Aku pun memutuskan untuk makan di Aryani hampir selama 40 menit, terlalu lama karena aku kekenyangan sebelum piringku habis.

Kemudian tiba waktu ashar dan aku pun solat di masjid D, selagi melepas sepatu, pak Mutakin satpam gedung A lewat dan menanyakan mana rekan-rekan (teater) yang lain. Kujawab masih di kelas semuanya sambil terkekeh kecil, sebelum ikut ambil air wudhu.

Usainya, ku beranjak ke gedung F yang baru di renovasi untuk menguji pakai jadi tempat titik kumpul baru. Gedung F yang baru sungguh panas, sialan. Siapa yang menyetujui pembangunan gedung berkumpul dengan dinding kaca sebesar itu, di kota sepanas negara tropis ini? Ada banyak gaya arsitektur yang bisa dicoba untuk mencapai penampilan futuristik selain bentuk ini, aku tidak akan pernah memaafkan mereka yang mengubah gedung dingin ini menjadi ventilasi tempat udara dari neraka bertiup ke permukaan bumi ini.

Percepat ke pukul 17:30 ketika Abung dan Ren, adik tingkatku di teater (dan kampus), datang menghampiriku yang sudah satu jam sendirian di gedung itu mengerjakan tugas dan kemudian mulai mengetik entri ini. Pula, mereka ikut mengomentari panasnya gedung ini. Betapa gerahnya, mana kipasnya, kenapa tidak boleh merokok padahal ventilasinya begitu lebar.

Abung dan Ren tidak lama, kami sempatkan mengobrol, bersenda gurau soal kelulusan Gawr Gura, dan berbagai obrolan tidak penting lainnya. Lalu mereka pamit, dan Abung izin bahwa Ia tidak akan dapat hadir di pertemuan esok karena akan pulang ke Jepara mengantar kawannya.

Kembali lah aku sebatang kara di ventilasi neraka, Daus mengabarkan Ia akan segera meluncur ke lokasi. Sedangkan Pandu mengabarkan lewat teks bahwa Ia hendak mengundurakan diri, lengkap sudah racikan membumbu suasana hati yang buruk. Suhu panas, sendiri, dan menunggu perkumpulan orang-orang, sendirian. Dan tanggungan pinjaman gong yang harus dikeluarkan dari gudang penuh sesak.

* * *

Mas Ubaid tiba pukul 18:58, menemukan aku dan Daus di lantai 2 sedang asik membahas Kamen Raider, Ansatsu Kyoshitsu, dan Oregairu. Kami berbincang sedikit sambil menanyakan Gong yang hendak dipinjam. Tak lama kemudian mas Chaps juga hadir di perkumpulan kecil kita dan bergabung dalam perbincangan.

Ada banyak kesempatan menunggu orang yang menjemput bola, satu-satunya batasan yang ada hanya lah niat, kemauan dan tekad mu.

Mas Nano dari ISI memiliki hutang memberi pelatihan pada anak-anak teater kita setelah menerima jasa pemutaran film di kandang kita tahun lalu, anggota kita butuh pelatihan teater dan jika membutuhkan pengajar bisa mengajukan pendanaan dari kampus untuk membayar orang dari luar, uang dari kampus untuk membayar pelatih dari luar bisa disimpan untuk mengadakan kegiatan lain karena kita sudah memiliki kesepakatan menerima pelatihan dari luar secara gratis.

Uang kuliah memiliki alokasi yang seharusnya bisa diklaim mahasiswa, uang itu akan diklaim oknum tertentu jika tidak diklaim, sehingga kewajiban kita sebagai aktivis kampus yakni mengetahui lingkup hak-hak kita dan memperolehnya untuk mengangkat kesejahteraan kita. Kita tidak akan pernah loncat dari penggorengan jika kompor dibawahnya tidak pernah menyala, kita tidak akan pernah bisa bergerak penuh gebu jika belum sadar hak-hak yang sudah dirampas tanpa sepengetahuan kita.

Mengangkat kesejahteraan rakyat memupuk loyalitas, dan kesejahteraan diangkat dengan uang. Uang adalah nadi kehidupan segala umat, sehingga pendanaan dari kampus sangat esensial bagi keberlangsungan aktivitas kampus, dan kesejahteraan aktifis kampus. Ajukan pendanaan sponsor, tidak perlu jauh-jauh, mulai dari instansi-instansi yang tumbuh dari/dan sekitar ekosistem kampus. Ajukan pendanaan pengadaan lomba, kampus suka promosi dirinya, adakan lomba tingkat nasional, gunakan lingkup jangkauan yang luas untuk menggaet peserta dari berbagai daerah pelosok nusantara.

Yang paling penting adalah, komando ada di tangan para rekan pengurus. Jika kegiatan sudah berjalan, senior alumni baru bisa mulai membantu dengan mengikuti arah arus yang hendak dituju rekan-rekan. Ruang lingkup, jangkauan, dan kapasitas yang dimiliki para alumni senior untuk membantu rekan-rekan sesungguhnya jauh lebih luas dari yang bisa terbayang. Satu-satunya prasyarat untuk mengakses bantuan itu adalah dengan memulai, menginisiasi gerakan dari dalam organisasi terlebih dahulu.

Begitu kiranya, wejangan dari mas Chaps, senior alumni yang sekarang bekerja di pemkot. Bertepatan dengan pukul 22:10, satpam pun mengusir kami dari gedung F yang hendak dikunci. Mas Chaps pamit undur diri, sambil menuntut masih menunggu kabar baik dari rekan-rekan pengurus.

Lalu kami ke gudang mengambil Gong yang hendak dipinjam mas Ubaid. Tidak sesulit itu.

Usainya, kami berangkat menjemput Amel dan menuju burjo ngegas di gombel. Sepanjang perjalanan, aku yapping meme tiktok brainrot setelah hampir 3 jam dicekoki motivasi memperbaiki kepengurusanku. Mataku sungguh pedih hendak memejam, namun tidak mengantuk, kurasa itu sebabnya mulutku lebih licin dari biasanya.

Di burjo ngegas, masih penuh yapping karena letih dan stres, kami memesan makanan dan minuman hampir 20 menit karena sistem menunya menggunakan QR dan daring.

Kemudian Jamal membuka buku "Kenyataan itu K*nt*l", kemudian Daus membaca buku "Jejak Langkah", dan Amel menulis di buku tulis Jamal untuk ancang-ancang notulensi rapat tipis-tipis yang hendak berlangsung di restoran ramai itu. Tak lama Jamal memerintah Daus untuk mencabut steker kipas umum disebelahnya untuk mengisi daya ponselnya yang sudah kritis. Pesanan kudapan kami datang selagi kita mengkaji saran dari mas Chaps yang dipaparkan sore tadi.

Acara terdekat yang wajib kami laksanakan adalah perayaan HUT teater kampus kami, 3 Mei. Pendanaan awalnya hendak dicanangkan dari cuci gudang inventaris barang-barang yang sudah tak terpakai, namun masukan ide dari mas Chaps sungguh tak ternilai untuk mengajukan pendanaan kegiatan dari kampus seperti workshop atau pengadaan lomba.

Kemudian untuk acara perayaannya, kehendak 2 dari 3 rekan pengurusku yang masih aktif adalah mengadakan pentas kecil-kecilan. Naskahnya kemungkinan besar akan dipastikan untuk memakai "Pinangan" karya Anton Chekov, pemerannya 3 orang, satu babak, satu set tempat, ceritanya tidak begitu panjang pula.

Untuk pengembanan peran sutradara dan pimpinan produksi, Daus dan Jamal tidak pernah mampu mencapai kesepakatan bulat sejak kami pertama kali membahas perkara ini di bulan Januari. Jamal kiranya cocok menjadi sutradara karena Ia aktor monolog yang juara tahun lalu, sedangkan Daus kiranya cocok menjadi pimpinan produksi karena kehidupan akademiknya tidak sepenuhnya runtuh setelah melewati proses persiapan pentas selama 7 bulan yang terjadi di tahun kepengurusan sebelumnya, dan Ia adalah mahasiswa jurusan Manajemen dengan kemampuan komunikasi yang baik.

Namun Jamal tidak percaya dapat menjadi sutradara yang baik karena Ia tidak bisa membayangkan secara jauh isi naskahnya, yang mana sangat berpengaruh dalam kemampuannya mengarahkan proses pembentukan karya kolaboratif ini. Sedangkan Daus tidak mau menjadi sutradara karena masih belum bisa akrab dengan adik tingkatnya pasca proses Happening Art yang terlaksana Januari lalu, dimana benturan antar ide terus terjadi selama proses.

Menurut Daus, Jamal tidak cocok menjabat pimpinan produksi karena jam latihan tidak pernah dipatuhi tepat waktu selama proses pentas dan lomba yang sudah lalu. Sedangkan menurut Jamal, Daus cocok menjadi sutradara karena kapasitas berpikirnya yang kritis dan konsumsi literasi serta medianya yang kaya. Akhirnya diputuskan, dengan berat hati, bahwa sutradara dan pimpinan produksi tertunjuk Daus dan Jamal. 

Ini dia, ini lah bumbu konflik yang memperkaya kisah seorang protagonis yang selalu kau dambakan itu, bukan begitu diriku-lampau?

* * *

Setelah memastikan naskah yang akan dipakai tetaplah Pinangan oleh Anton Chekov, dan pesanan usai dimakan, kami beranjak hengkang kembali ke kampus dimana motor rekan-rekan terparkir. Dan Daus turun untuk kembali ke kosnya, Amel dan Jamal memilih untuk menginap dirumahku dan menonton Netflix di TVbox ku hingga semalam suntuk. Kecuali jika langganan di rumah ternyata sudah kedaluarsa dan belum diperbarui, karena itu yang terjadi.

Hal ini baru disadari setelah mereka menghabiskan hampir 20 menit menyusuri katalog film yang ada, film horor. Karena akunnya bukan milikku, aku sempat terpikir untuk mengganti TVbox ruang tengah dengan kamar orangtuaku. Karena jarang digunakan, barangkali Netflix disitu belum ada akun yang masuk. Jadi aku menukarnya, dan hasilnya masih sama saja. 

Selagi aku mengganti metode pembayaran dari akun Dana ayahku ke Gopay milikku (karena waktu sudah menunjukkan pukul 2 dini hari, aku tidak mungkin menelpon ayah untuk memperbarui langganannya), mereka makan es agar-agar yang bunda buatkan di hari minggu lalu sebelum pulang. Amel juga suka kuki coklat buatan bunda yang jumlahnya tinggal sedikit itu, sisanya ludes ia makan seluruh toplesnya. Sedangkan Jamal meminta selimut, bedcover jika ada, jadi ku pinjamkan bedcover yang ada di kamarku. Katanya belum pernah pakai dan ingin membalut diri menjadi kepompong, jadi itulah yang dia lakukan malam itu di atas karpet. Sedangkan Amel hanya meminta bantal tambahan, kupinjamkan sarung dan bantal yang Ia bawa terlelap diatas sofa kelak.

Langganan terbaharui, mereka memilih film horor "Megan", tentang android yang lepas kendali meneror sebuah keluarga, sepertinya. Aku tidak tahu, aku tidak ikut menonton. Begitu film mulai, aku mulai melanjutkan menulis entri blog ini di sebelah Jamal, dan Amel adalah yang pertama terlelap dini hari itu. Aku menyusul, tanpa menyelesaikan entriku, dan Jamal terakhir. Tak ada dari kami yang menyelesaikan film itu. Jamal bilang tersisa 50 menit sebelum film itu usai ketika Ia tumbang, tentu, tentu saja Mal.

No comments:

Post a Comment