Tuesday, April 22, 2025

130:08 17 April 2024

Jam pada judul entri-entri ini hanya akan bertambah gila jika aku terus melanjutkannya, dan aku tidak tahu apakah aku bisa menulis semuanya setelah lama waktu berlalu. Detil kejadian yang menjadi semakin buram hingga tak lagi tersisa dalam ingatanku, aku berduka dalam diam atas hilangnya momen-momen kecil tak penting yang mendefinisikan hidup dan diri kita.



Aku terbangun melihati semua orang sudah tertidur, kesemutan karena duduk dalam posisi melipat sendi-sendiku. Aku ke kamar untuk mengambil bantal, kemudian melanjutkan tidur di sofa ruang tamu. Aku tidak melihat jam berapa ketika itu, namun aku ingat sejenak terbangun tanpa membuka mata ketika alarm ku memutar potongan lagu "Bokura no Seiza" rilisan Fubuki lama kemudian, dan Amel mematikannya sebelum kami kembali terlelap.

Ketika aku terbangun lagi, Amel sedang mencuci piring. Waktu menunjukkan pukul 11, tidak ada makanan dirumah, hanya agar-agar dan kue kering. Aku mengisi daya komputer tentengku yang kutinggal terlelap malam lalu, kemudian kami menonton "Howl's Moving Castle" sambil menunggu Jamal bangun. Aku sudah sempat menonton awalannya ketika masih liburan semester di Palangkaraya, namun tidak pernah lewat dari 20 menit pertama. Jadi aku ikut menonton film yang sudah dipilih Amel itu, agak lucu ketika Ia hendak menyalakan teks bahasa Indonesia dan mengubah suara nya ke Jepang dan tidak kunjung berhasil. Aku berhasil melakukannya dalam sekali coba begitu aku memegang remot itu.

Film itu tidak terikat logika, ceritanya magis. Kejadian luar biasa demi kejadian luar biasa dalam cerita yang terlihat seperti momen yang seharusnya mendefinisikan perubahan drastis hidup karakternya diperlakukan seperti problematika sehari-hari. Tidak bisa ditonton dan mengaitkannya dengan logika, kita harus menggunakan perasaan untuk dapat menerima apa yang dipertontonkan film itu.

Jamal akhirnya bangun ketika kami sudah menonton 2/3 filmnya, Ia pun ikut menonton dan bingung dengan kejadian yang semakin aneh dialami karakter-karakternya, dan betapa mereka tidak terdampak secara signifikan dengan kejadian-kejadian itu karena secara logis, kejadian seperti yang terjadi di film seharusnya mengubah cara pandang seseorang terhadap seluruh hidup mereka. Ini yang aku maksud dengan memakai perasaan ketika menonton filmnya, bukan logika.

Film selesai pukul 13:15 dan kami mulai beranjak dari duduk untuk merapikan ruangan yang berantakan kami pakai tidur malam sebelumnya, aku meminjamkan mereka sabun cuci muka dan memanaskan mobil serta motor. Aku sempat menimbang-nimbang untuk mandi atau tidak karena rekan-rekanku tidak akan bisa mandi dan akan ada pertemuan dengan adik-adik tingkat sore kelak. Mereka menyuruhku mandi, sehingga kemudian aku mandi dan mereka memakai motor yang kupanaskan itu untuk keliling komplek rumahku, cukup adil, semua puas.

Kami berangkat dari rumahku ke kampus, dan Amel mengancam bahwa Ia akan menyalahkanku jika sabun cuci muka milikku menyebabkan wajahnya jerawatan. Satu jam perjalanan ditempuh kemudian, dan kami mampir ke warung Padang murah dekat kampus untuk sarapan disana, waktu menunjukkan pukul 15. Usainya, kami mengantar Amel ke kosnya agar Ia dapat istirahat sejenak dan bersiap-siap. Setelahnya, aku dan Jamal menuju kampus dimana kami dapat melanjutkan tidur di gedung pusat kegiatan mahasiswa sambil menunggu para undangan tiba.

Ersa tiba lebih dulu di kampus, kemudian menanyai di grup obrolan posisi gedung yang kami tempati. Monik menyusul setelah selesai magangnya, namun lebih dulu menemukan gedung kami. Ia mendapati aku yang setengah terlelap bermain Fruit Ninja dan Jamal yang terlelap penuh dalam mimpinya. Waktu menunjukkan pukul 17.

Ren menyusul sebelum magrib tiba, diikuti Daus. Amel tiba sedikit sebelum isya, kemudian forum dibuka. Dalam rangka merayakan HUT, kita akan mengadakan acara syukuran dan mengadakan pentas persembahan. Dengan tuntasnya sesi mukadimah, pembagian peran dan tugas diterangkan, hingga akhirnya tiba saatnya menunjuk ketua pelaksana.

Tawa gelisah mengisi suasana, sebelum Ren akhirnya mengajukan diri. Disusul dengan Ersa yang mengajukan diri menjadi sie acara dan Monik yang menjadi humas. Anggota yang lain sementara diposisikan pada peran yang dirasa cocok, hasilnya dibagikan di grup obrolan. Sanggahan terkait penempatan mereka dapat diajukan di rapat berikutnya.

Rapat usai sedikit sebelum pukul 21, kami mulai berkemas dan aku menyadari gantungan kunci akrilik Monik berbentuk kaset pita. Kutanyakan, dan Ia bilang itu adalah merch dari band nya yang dibuat untuk tugas projeknya di jurusan Komsikra (Tautan lagu mereka tercantum dibawah). Sedangkan Ersa bercerita hari ini hari tersibuk yang Ia jalani dari kelas pagi hingga sore, kemudian langsung menyusul kemari untuk ikut rapat. Aku menyaingi nasibnya dengan waktuku menjamu Jamal dan Amel yang menginap dirumah sejak malam lalu. Ren berbincang dengan Daus banyak, tentang apa saja. Daus adalah sutradara dan Ia sadar harus akrab dengan ketua pelaksana acaranya, jadi itu yang berusaha Ia lakukan. Apalagi karena kepribadian mereka tidak cocok bersama, hingga mereka bertolak di kegiatan Happening Art Januari lalu.


Tidak ada tongkrongan malam itu, kami tumbang mengadukan lelah di ranjang masing-masing. Bukan aku, aku tumbang di atas bedcover yang dilipat Jamal dan diletakkan diatas sofa ruang tengah.

No comments:

Post a Comment