Aku mungkin selalu menulis hidupku yang penuh merana, namun sebenarnya hidupku tidak terlalu buruk juga. Nilaiku mungkin terjun, namun bukankah skydiving juga hobi orang kaya? Ditambah dengan segala kisah-kisah yang sudah aku peroleh sepanjang lika-liku ini, bukankah ini semacam transaksi antara nasib dan pengalaman?
Apakah aku benar-benar pernah sekali pun menulis nelangsanya hidupku, atau apa aku hanya menyiratkannya lewat cara menulisku yang selalu berusaha untuk memandang semua secara positif?
Apakah aku benar-benar pernah sekali pun menulis nelangsanya hidupku, atau apa aku hanya menyiratkannya lewat cara menulisku yang selalu berusaha untuk memandang semua secara positif?
Untuk menjalani butuh keyakinan, to live is to believe. Ku pandang, tentu. Namun apakah aku sudah meyakini apa yang jadi pandanganku? Aku tersesat di tanah ajaib, lost in wonderland, namun aku terus menolak untuk percaya akan keajaiban dan mukjizat yang berusaha ditunjukkan padaku. Bagaimana bisa begitu?
Mungkin yang kubutuhkan adalah mempraktekkan "show don't tell", mungkin aku harus mulai sungguh-sungguh untuk menulis pengalaman-pengalaman luar biasa itu, ketimbang hanya menyebut pengalaman-pengalaman itu luar biasa.
Mungkin yang kubutuhkan adalah mempraktekkan "show don't tell", mungkin aku harus mulai sungguh-sungguh untuk menulis pengalaman-pengalaman luar biasa itu, ketimbang hanya menyebut pengalaman-pengalaman itu luar biasa.
No comments:
Post a Comment