Aku baru saja selesai sembahyang setelah pulang dari nongkrong diluar bersama rekan pengurus teater.
Hari ini ada jadwal kelas seusai dzuhur dan seusai magrib, Jaringan Komputer dan Matriks Vektor (bersama David). Salah satunya aku hanya absen secara online karena bolos, dan satunya lagi aku terlambat hampir satu jam sejak mata kuliah dimulai, bu Erna sungguh dosen chill terbaik kesayangan para mahasiswa. Sehat-sehat terus ibu Erna.
Sejak bangun pukul 8:30 pagi, aku sudah berancang-ancang secara mental bahwa akan ada kelas seusai dzuhur, yang berarti aku harus berangkat jam 11 (karena waktu tempuh ke kampus mencapai 1 jam, kurang lebih), yang berarti aku harus segera mandi paling terlambat jam 10.
Tebak siapa yang belum mandi sejak hari senin sehingga nyawanya tidak terkumpul dengan benar dan tak mendidih rasa urgensi dalam dirinya untuk menunaikan kewajibannya sebagai manusia.
Aku pun tidak ingat bagaimana aku menghabiskan waktuku dari bangun tidur hingga dzuhur terlewat selagi aku masih meringkuk diatas ranjang bersama selimut dan komputerku. Hampir semua aplikasi sosial media di ponsel tidak bisa aku akses dari jam 8 hingga pukul 12, jadi aku sungguh tidak paham kemana waktuku terbuang, tapi aku rasa aku menggunakan komputerku untuk mengakses Twitter.
Dan yang jelas ada Fruit Ninja Classic, pasti. Dalam situasi optimal, bermain Fruit Ninja seharusnya mengumpulkan seluruh nyawaku untuk sadar sepenuhnya dari kondisi setengah tidur sehingga aku bisa mengangkat diriku dari ranjang dan mengerjakan kewajiban yang perlu kutunaikan. Namun hal itu tidak terjadi, tentu saja.
Ancang-ancangku tidak lain tidak bukan adalah untuk datang ke kampus lebih awal agar aku bisa sarapan, aku lapar sejak bangun, dan kupikir aku akan segera mandi agar aku bisa segera makan, namun hal itu tidak terjadi. Akhirnya aku memesan bento katsu lewat GoFood lagi seperti kemarin ketika pukul 13:30. Aku sempatkan minum es agar-agar yang dibuatkan bunda hari minggu lalu dan disimpan di lemari pendingin sambil menunggu pesananku datang dan menahan lapar dengan kastangel.
Lalu aku makan sambil menonton lanjutan dari Fate:UBW Abridged yang kutonton kemarin.
Setelah selesai, aku kembali ke kamar dan membalut diri kembali dalam selimut didepan komputer. Pada suatu titik, kurasa aku menyadari bahwa aku harus mulai bergerak. Jadi aku memindahkan buku-buku yang berserakan di meja belajar ke rak-rak seperlunya, paling tidak dengan begitu aku sudah menunaikan salah satu poin dalam aplikasi pengingatku.
Lalu aku mulai menulis entri sebelum entri ini. Aku selesaikan dan menekan unggah sekitar pukul 17:30, dan membuang sedikit lagi waktu sebelum akhirnya aku beranjak mandi. Aku berangkat dari rumah pukul 18:30, tepat ketika jam mata kuliahku seharusnya dimulai. David aku tanya lewat teks apakah dosen sudah di kelas, Ia bilang masih kosong pukul 18:40.
Aku tiba di kelas pukul 19:30, aku diperbolehkan masuk. Terberkatilah ibu Erna, sehat terus ibu. Aku hanya sempat mencatat materi "Mencari Determinan Ordo 4x4 (Metode LAPLACE)", materi yang akan masuk ujian pekan depan. Aku meminta contekan catatan dari papan tulis yang sudah dihapus dari David, "Determinan Ordo 3x3 metode SORROS" kupotret menggunakan ponsel dari buku catatannya. Aku harus mencatat itu di bukuku.
Dalam perjalanan menuruni tangga eskalator, David mengekspresikan niatnya untuk mampir ke Burjo Ngegas dimana ada Helmi dan Nando, paling tidak yang aku dengar pasti sedang disana. Aku hendak ikut mereka, sayangnya waktu menunjukkan pukul 7:45 dan aku sudah ada janji temu dengan pengurus teater pukul 8:15 ketika masih di kelas tadi. David memahami, kemudian mengantarku ke mobil. Sempat kutanyakan tentang format perizinan ruangan/barang yang baru seusai perombakan besar-besaran yang diumumkan pada sarasehan buka puasa bersama Biro Kemahasiswaan bulan lalu. Aku bertanya karena aku terlambat datang ke sarasehan kala itu, dan melewatkan pemaparan informasi tersebut sehingga aku bertanya padanya tentang hal itu. Ia belum tahu info tersebut, namun akan menanyakannya pada rekan pengurus BAI nya. Aku berterima kasih, dan mengucap hati-hati pada nya yang melaju pergi.
Aku menyalakan mobil, dan pindah ke parkiran belakang untuk menunggu rekan-rekan teater berkumpul. Kuputuskan untuk menyempatkan diri ke gedung F baru mencari meja dan bangku bantal santai, sambil menulis di buku harian ku yang lama tidak ku perbaharui isinya. Ada yang merokok disana, banyak mahasiswa mengerjakan tugas kelompok, dan ada Karmin pula dari Menwa sedang rapat dengan anggotanya.
Kemudian aku beranjak kembali ke mobil karena di grup obrolan ada Daus yang berkabar bahwa ia sudah dalam perjalanan. Ketika menyebrang jalan ke parkiran, aroma telur kecap bertiup dari warung mas Miran. Aku jadi lapar, tapi kami akan berangkat setelah ini ke suatu tempat dimana aku semoga bisa memesan makanan, tentu saja, jadi aku tahan lapar itu.
Mereka tidak datang hingga 20 menit kemudian, sial.
Daus dan Jamal tiba, masuk ke mobil, lalu sedikit kami bahas proker bulan depan, sebelum menelpon Amel untuk memastikan apakah ia sudah di perjalanan atau hendak kami jemput. Ia mengangkat, izin untuk libur dulu. Namun kami panas-panasi agar ikut, Ia pun menyanggupi jika dijemput, kami menyanggupi.
Tapi tidak sebelum menjemput makaroni pesanan Arya yang salah alamat. Ia sedang magang di Banjarnegara hingga akhir semester ini, dan lupa memastikan alamat tujuan ketika memesan makaroni via toko online. Ia sempat mengumpat di sosial media Instagramnya kemarin, dan aku sempat komentar lewat obrolan pribadinya. Jadi makaroni miliknya sekarang ada di Semarang dan bukan di Banjarnegara tempat dia sedang tinggal. Dan dia berpesan untuk membawa saja jajannya itu agar bisa dimakan bersama rekan-rekan dan kawan teater.
Kemudian kami meluncur ke kos Amel, dan mendapati gadis itu sudah duduk di trotoar. Hati kami tenggelam ke perut menyaksikan dirinya tersorot lampu mobilku ketika kami mendekat, berapa lama dia menunggu, apakah suasana hatinya sungguh seburuk itu?
Kemudian ia masuk mobil dan kami tanyakan keadaannya, Ia bilang masih lelah dari sif magangnya. Padahal dia magang setiap hari dan pekan-pekan lalu tidak jarang masih sanggup ikut keluar malam-malam dengan kita-kita hingga pukul 1 dini hari, pun kemudian kami ceng-cengin atas klaim letih yang terkesan palsu tersebut. Ia bertanya hendak pergi kemana kita, agenda yang di inisiasi Jamal, dan tidak ada jawaban konkrit. Ia ingin mampir ke Pleburan beli kue leker, oke gas. Lalu Jamal mencairkan suasana sepanjang perjalanan dengan menceritakan pengalamannya pergi ke konser di PRPP akhir pekan lalu bersama Amel.
* * *
Jamal membawa teman sendiri, Amel juga membawa teman sendiri. Khususnya, Jamal membawa teman dari masa sekolahnya ketika di Jepara, dan Amel membawa teman yang sepengakuannya ke Jamal, awalnya, adalah rekan dari tempat magangnya.
Jadi bayangkan betapa terkejutnya Jamal ketika menyadari bahwa titel 'rekan magang' itu adalah lanturan asal-asalan belaka dari Amel, dan lelaki yang Ia bawa dari kandangnya di Kudus itu adalah Nofa, seseorang yang pernah menaruh rasa ke Amel dari setahun yang lalu. Apalagi setelah menyadari bahwa sepanjang mereka duduk bersama menunggu konser dimulai, Amel terus melakukan kontak fisik pada Jamal seolah mereka begitu dekat (jangan salah, mereka memang dekat, kami rekan-rekan teater sungguh dekat, namun tidak dalam konteks asmara, melainkan lebih ke konteks persaudaraan).
Amel mengatakan pada Jamal diawal bahwa Nofa tidak mudah bergaul dengan orang baru, jadi ekspresi cemberut yang Ia pasang sepanjang waktu mereka bersama ketika menyaksikan Jamal dan Amel seolah bersenggama seperti sejoli didepannya itu tidak dihiraukan Jamal, meskipun instingnya terus berkata lain jauh di lubuk hatinya.
Jamal baru menyadari keresahan yang terus ia rasakan sepanjang waktu itu sungguh nyata adanya setelah menyadari bahwa Nofa sesungguhnya benar-benar orang yang pernah Ia temui di kampus, dan mereka tidak memiliki rekam jejak yang baik bahkan sejak awal bertemu. Karena anggota-anggota teater terbiasa bersenggama sambil berkontak fisik, bahkan tanpa memiliki rasa romantik terhadap satu sama lain. Dan Nofa sudah pernah menyaksikan Jamal bersenggama dengan Amel ketika berkumpul bersama anak-anak teater lain di sebuah burjo dekat kampus kala dahulu.
Amel terus mengelak bahwa Nofa tidak melihat dirinya sebagai calon pasangan, karena Ia sudah pernah memastikannya lewat obrolan teks. Namun bukti-buktinya menyiratkan yang sebaliknya. Karena Nofa menjemput Amel dari Semarang ke Kudus, lalu tiketnya tertinggal di Kudus, dan Ia rela membeli tiket baru di hari acara agar bisa menemaninya menonton konser, sehingga kurang usaha apa lelaki itu yang berusaha mati-matian untuk mendapat perhatian wanita yang diincarnya. Wanita yang menyadari kualitas dari sifat-sifat priyayi-nya, tampan, tulus, pekerja keras, namun tidak mampu jatuh hati padanya, namun Ia juga tidak rela jika lelaki itu berpaling darinya untuk mengejar wanita lain yang lebih berhak mendapat perhatiannya.
Amel habis-habisan kami ceng-cengi sepanjang perjalanan ke Tembalang menuju CanyonCoffee, betapa malangnya pikir kami karena lelaki itu sudah menaruh hati pada wanita seperti dia.
* * *
Setelah kami selesai memesan jajanan dan minuman kami, (kecuali aku, aku memesan rice bowl katsu blackpepper karena sialan-sialan ini tidak mengajakku makan sebelum kami berangkat) kami pun memilih duduk di ruang bebas asap rokok dan memilih meja dengan kursi sofa empuk. Amel suka sofa empuk dan kalau bisa memilih, tidak ingin berada di sekitar asap rokok, sehingga ketika Jamal kembali dari toilet setelah meninggalkan kami di kasir yang masih membaca menu makanan, ia tidak terima dan meminta untuk pindah ke meja di luar. Kami tidak berkutik, dengan dalih bangku diluar masih basah sehabis terguyur hujan. Jamal membantah, lalu kutantang ia untuk keluar mencari bangku yang kering.
Ia pun kembali dengan penuh percaya diri, kami pun mengangkat minuman kami masing-masing, kecuali kopi Jamal karena tangan kami sudah penuh semua. Ia terpaksa bolak-balik untuk menjemput minumannya, waktu menunjukkan pukul 22.
Kami pun membahas strategi melaksanakan proker bulan depan, menyenggol naskah Pinangan karya Anton Chekov yang hendak diangkat, pendekatan membiasakan anggota baru dengan kegiatan dramatic reading naskah, gibah ketua sebelumnya, mengkaji saran dari senior alumni ben dan gilang, tren sifat dari anggota antara generasi tahun ganjil dan genap, catering tumpeng yang enak, pendanaan proker lewat kemungkinan cuci gudang inventaris teater, adalah beberapa pembahasan kami, lebih lengkapnya sudah di notulensi oleh Amel.
Setelah usai berdiskusi dan unboxing makaroni Arya, waktu menunjukkan pukul 23:30 sehingga kami beranjak pulang. Sepanjang perjalanan, kami melontarkan meme brainrot, terutama Bombardino Crocodilo. Kami antar Amel ke kosnya, ada 2 lelaki yang sedang berdiri-diri di depan gangnya, kami tunggu hingga Amel benar-benar hilang dari pandangan kami ke kosnya, baru beranjak pergi. Sesampainya di parkiran kampus, Jamal meminjam 50 ribu ke aku karena uang sangunya sudah habis. Karena itu pula ia mengajak jajan keluar, sebagai alibi agar bisa meminjam uangku, tentu saja dia juga meminjam uangku untuk memesan kopinya tadi.
Kami juga sempat mengkomentari mobil Civic silver di parkiran kampus yang memiliki tenda dan dinding plastik di tendanya, sudah seperti garasi pribadi saja. Dan ada kabel yang ditarik dari meteran listrik saklar lampu parkiran ke atas genteng rumah tepat dibelakang ladang parkiran, kami menggeleng bersama, apakah itu sungguh legal???
Sepanjang perjalanan pulang, aku merasa puas dengan interaksi hari ini. Kurasa aku harus membereskan pekerjaan rumah dan menata ulang perabotan kamarku, kurasa aku bisa melakukannya... Sialan, ini sudah pukul 3:31.
No comments:
Post a Comment