Friday, April 25, 2025

107:26 - 18 April 2024

Aku terbangun di atas bedcover dan sofa ruang tengah.



Aku tidak ingat apa yang kulakukan pagi itu, hanya saja aku ingat membolos Jumatan. Kurasa aku akhirnya mencuci pakaian hari itu, dan tidak ada kelas pak Rohman karena hari itu libur nasional perayaan Jumat Agung. Kami diberi video materi sebagai suplemen materi pekan itu. Kurasa aku juga ingat sempat bermain Gran Turismo di PS sebelum duhur, dan kecewa karena memory card ku sudah rusak dan tidak dapat dipakai menyimpan data lagi. Mungkin aku juga membereskan rumah atau kamarku, sebisaku, semampu daya inginku.

* * *

Mas Ubaid menelponku, hendak meminjam kaki gong. Namun kami tidak punya, kami selalu meminjam kaki gong dari aula gedung E3 tanpa izin setiap acara peresmian anggota baru. Kami bisa coba pinjamkan secara tertulis, namun tidak ada jaminan akan dibolehkan. Mas Ubaid memutuskan untuk meminjam ke teater Esa.

Dilain kabar, tepat esok sabtu ada pementasan teater dari Undip. Amel selaku penanggung jawab bidang 2 penelitian dan pengembangan menitipkan delegasi ke pengurus yang tersisa, karena Ia hendak pulang ke kampung halamannya hingga senin. Daus skeptis akan kualitas pementasan ini, harga tiketnya 15 ribu per orang. Dan di teater, harga tiket tidak bisa menjadi tolak ukur kualitas tontonan. Komunitas teater banyak yang memasang harga secara asal, tanpa mengkaji kembali kualitas pementasan yang hendak mereka jual pada khalayak umum. Ini sudah menjadi suatu polemik umum, namun tidak ada pula yang dapat memberi solusi karena perkara ini terlalu luas lingkupnya.

Untuk hari ini, KSK Wadas hendak bertamu menyampaikan undangan pentas mereka. Jadi itu satu alasan untuk berangkat ke kampus hari itu meski tidak ada kelas.

Amel mengajak ke gramedia, aku menyanggupi jika sempat setelah tamu kita pulang. Dan akan ada rapat online di Discord bersama adik-adik tingkat membahas acara HUT kelak malam, kami skeptis akan efektif, tapi pengalaman adalah guru terbaik dan waktu kami kurasa masih cukup untuk membuat kesalahan dan belajar darinya.

* * *

Aku tiba di parkiran kampus pukul 15:30, dan karena belum ada orang, aku pun kembali melelapkan diri di mobil.

Amel tiba, lalu kita bertemu di meja batu DPR (dibawah pohon rindang) karena gedung F masih saja panas. Namun tak lama, kami pindah ke Aryani karena aku belum makan. Berduaan saja dengan Amel membuatku sadar bahwa kami tidak memiliki minat yang serasi untuk bisa diobrolkan, sehingga suasana ketika hanya ada kami berdua hening sunyi. Kami hanya rekan kerja, tidak dekat secara personal diluar konteks tersebut. Tidak jadi masalah, kurasa. Pengumuman tentang berita film layar lebar Adit Sopo Jarwo sedang dalam penggarapan lewat di halaman utama Twitter ku, kutunjukkan pada Amel dan kusuruh menebak isi komentarnya. Ia tertawa lepas duluan sebelum aku dapat menunjukkan isi komentarnya, tentu saja, "Semoga ada adegan Dontol dikeroyok warga karena karakternya mengesalkan."

Usainya makan, kami kembali ke DPR menunggu pengurus yang lain tiba. Sebelum memutuskan, lebih baik ke gramedia sekarang sebelum tamu kita datang dan disusul agenda rapat setelah mereka pulang. Kami pun ke mobil dan memberi ultimatum di grup pengurus, 5 menit tak ada kabar dan akan kami tinggal. Jamal mengabarkan dan tiba tak lama kemudian, Daus tanpa kabar sehingga kami tinggalkan.

Di gramedia aku membeli manga "Girls Last Tour" karya Tsukumizu dan "I sold my life for ten thousand yen per year", Amel mencari buku berjudul "Mada" sedangkan Jamal mencari buku Sokrates. Amel tidak menemukan bukunya, sedangkan Jamal tidak memiliki cukup uang untuk membeli bukunya. Sejam habis berselang, aku membayar dan kami pun kembali ke kampus menunggu tamu kami datang. Namun tidak sebelum Amel membeli gunting untuk keperluan memotong kertas di kosnya, sedangkan aku terpaku dengan buku, alat tulis dan folder bermotif gadis anime serta tekstur mengkilap ungu pelangi. (Aku lupa anime apa, kalau 

Sampai di parkiran, lagi, hendak kuambil jajan dari bagasi. Ada dus berisi oleh-oleh dari Palangkaraya yang belum kuberikan pada kawan-kawan teater karena kami tidak lagi memiliki markas, kubuka dan Amel pun bertanya ada jajan apalagi di dus itu, aku pun mengeluarkan beberapa bungkus, Ia baca labelnya satu-satu. Sudah seperti ibu-ibu memilih jualan di pasar, komentar Jamal.

* * *

KSK WADAS tiba, dan menyampaikan surat undangan untuk pentas mereka yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat. Polemik di kampus mereka saat ini yakni pemangkasan dana kegiatan, efisiensi yang sedang marak di seluruh negeri. Kesembilan UKM Teater di UIN Walisongo harus berbagi dana yang dialokasikan kampus untuk kegiatan mereka karena saat ini semua teater di kampus mereka dipandang sebagai satu kesatuan. Setelah berbincang sejenak dan kami jamu es teh, mereka pamit undur diri.

Kami pun melanjutkan kegiatan kami, agenda selanjutnya yakni rapat daring bersama junior-junior membahas pembagian tugas, penentuan tema dan konsep acara HUT bulan depan.

Tidak ada banyak sanggahan dari pengembanan tugas berdasarkan pilihan yang sudah ditentukan secara acak lusa lalu. Pengajuan tema juga berlangsung lancar, hingga tiba waktunya voting menentukan entri mana yang hendak dipakai. Saat itu pula senior alumni mas Ben berkunjung singkat ke DPR untuk mengambil kunci kos Daus, Ia terbiasa meminjam laptop dan kamarnya untuk bekerja selama setahun terakhir. Ia sudah sempat curi dengar keputusan-keputusan yang kami ambil lewat obrolan-obrolannya bersama Daus ketika sedang meminjam laptopnya di kamar kos, dan sudah dijelaskan alasan kami mengambil keputusan itu, namun Ia tetap tidak habis pikir dan bersikeras menanyakan kembali alasan kami memilih untuk menyiapkan pentas hanya selama satu bulan dan ditampilkan dalam acara internal saja. Lalu ia memaparkan bagaimana menurutnya, sebaiknya persiapan pentas dilakukan selama 2 bulan saja dan acara HUT dijadikan ajang menguji perkembangan junior-junior dalam mempersiapkan pentas mereka dan mungkin bisa memperoleh masukan dari para tamu undangan yang merupakan alumni senior teater.

Sempat kamu terdiam membeku mendengar penjelasan beliau, bagai tertangkap basah melakukan kesalahan. Padahal kami punya penjelasan yang logis atas keputusan yang sudah kami ambil itu, hanya saja suara kami tak ada yang keluar. Daus menyampaikan hal ini setelah mas Ben pamit, Ia sudah berulang kali menanyakan hal itu, tapi tetap saja masih ditanyakan. Untungnya rapat daring tadi sudah di atur ke mode bungkam oleh Amel sehingga keluhan mas Ben tidak dicuri dengar oleh anggota-anggota baru. Rapat pun berlanjut, dan voting menunjuk tema tahun ini akan jadi "Mesin Waktu" oleh Ersa. Jam menunjukkan pukul 21:30.

Kami membahas sedikit tentang visi Ersa akan tema tersebut dan Ia mengakui idenya masih belum sempurna, namun gambaran yang Ia punya saat itu adalah pembagian sesi acara menjadi masa lalu, masa kini, dan masa depan. Masa lalu membahas pencapaian yang sudah-sudah, masa kini mengupas kondisi sekarang, dan masa depan mengungkap harapan-harapan yang hendak ditanam kedepannya. Hendak kami ajak memulai sesi tukar-menukar ide, namun waktu yang sudah larut berdasarkan jadwal rutinitas mereka memaksa kami untuk segera mengakhiri rapat karena sudah tidak efektif lagi performa orang-orang dalam berpikir dan berdiskusi.

Lalu karena aku sudah masuk mode yapping entah karena lelah atau setres setelah dicekoki saran oleh alumni seniorku, aku sendiri yang mengajak kita semua untuk keluar jajan Mie Gacoan di daerah Majapahit karena hanya cabang daerah itu saja yang buka hingga larut malam. Tentu saja, antriannya bukan main panjangnya. Aku dan Daus melihat Hoka Hoka Bento yang juga masih buka tepat disebelah, tetangga Gacoan. Kami saling melirik, mengernyit, seharusnya kita makan disana saja, lebih sepi dan damai.

* * *

Setelah sampai dirumah dan mandi, aku mengganti seprai kasurku dan menurunkan bedcover kotor berwarna biru yang kusisihkan dari kamarku ke sofa kotak depan televisi sejak zaman Pleistosen. Aku juga mengganti galon kosong di dispenser dengan galon terisi, kurasa.

No comments:

Post a Comment